Jumat, 01 April 2016

Merajut  dan mengembangkan cara berpikir serta wawasan keIndonesiaan  yang UTUH, BHINEKA serta PLURAL bersama Harian KOMPAS menuju era global bersemangatkan PANCASILA.

Rabu, 30 Maret 2016

Melihat sistem pengeloalaan air bersih di kampung Besei Desa Lamatuka..

Profil tank untuk setiap dua rumah.
Bak penampung air di pinggir kampung.yang dipompa oleh hidran ditampung di sini, sebelum dibagikan ke rumah-rumah.
Mengenang kampung halaman dahulu, yang berhubungan dengan sistem pengelolaan air bersih bagi kampaung halaman Lamatuka, terutama dusun Besei, ketika memperoleh air bersi masyarakat harus berjalan kaki  dari kampung menuruni bukit menuju kali yang berada sekitar 500 meter di kaki bukit. Juga ketika hendak mandi dan mencucui hal yang sama dilakukan. Ketika selesai mandi, kembali ke kampung, jangan heran jika, tubuh kembali bermandikan keringat  saat tiba di rumah, hal ini karena harus berjalan kaki mendaki bukit dengan jarak tempuh sama sekitar 500 meter.

Lokasi sumber air, sekarang sudah ditata untuk mengalirkan
 air ke bak tampung sebelum ke sistem hidran
 Namun sekarang,  jika hendak mengunjungi kampung halaman Lamatuka , Besei,  hal tersebut sudah tidak di alami lagi, lantaran air bersih sekarang sudah tersedia di depan rumah, apalgi setiap dua rumah,  oleh pemerintah desa, sudah menyediakan satu tangki air berupa profil tank plastik.

bak penampung dari sumber air.
Sumber air yang dahulu belum di kelola dengan baik, sekarang sudah di kelola dengan baik, dengan membangun bak penampung besar, selanjutnya air yang tertampung dialirkan menuju sistem hidran, menghasilkan tekanan yang besar, selanjutnya dapat memompa air agar mengalir melalui  pipa kecil mendaki menuju kampung pada ketinggian. Di kampung, air ditampung melalui sebuah bak besar, selanjutnya akan dibagi ke setiap 2 rumah mengisi tangki penampung berupa tangki plastik. Sehingga sekarang masyarakat di kampung Besei sudah dengan mudah memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga.

Minggu, 27 Maret 2016

Sabtu, 13 Februari 2016

Masa Puasa dan Sekolah Diri



PUASA  DAN  SEKOLAH DIRI

Gereja  menyediakan waktu  secara khusus dalam waktu panjang Lingkaran Tahun Gereja , bagi umat untuk menyempatkan diri,  melakukan refleksi atas semua tugas perutusan yang diemban  , melalui peristiwa yang disebut Masa Puasa. Masa puasa bagi umat Katolik selalu diawali dengan perayaan  Misa khusus ialah  Misa Hari Rabu Abu, dimana  pada hari tersebut setiap umat datang ke Gereja untuk mengikuti upacara misa, juga akan menerima  “ abu “  yang ditandai pada setiap dahi umat, sebagai simbol penyesalan diri, dan kefanaan seorang anak manusia.  Mengingatkan  bahwa ia  berasal dari abu dan akan  kembali menjadi abu setelah kamatianya.

Menjalani peristiwa puasa bagi umat Katolik,  maka seorang umat  katolik akan menjalani beberapa larangan sesuai hukum gereja, yakni  melakukan puasa pada hari Jumad Agung dan Hari Rabu Abu, disamping itu, mengurangi  makan  dan atau berusaha memutus sementara  atau bahkan seterusnya ketergantungan tubuhnya  atas beberapa hal  yang selama ini mengikat dirinya. Misal dalam keseharian seseorang memiliki ketergantungan terhadap kebiasaan mengisap  rokok,  maka selama masa puasa orang tersebut disarankan agar  berusaha  mengurangi  kebiasaan  merokok, yang wujudnya  berupa, jika selama hari – hari biasa seseorang biasanya  menghabiskan  3 bungkus rokok dalam sehari , maka selama masa puasa , dalam sehari, cukup menghabiskan 1 bungkus rokok. Jika pada hari-hari biasa ada kebiasaan untuk memfitnah orang, maka pada masa puasa hendaknya sikap itu dikurangi bahkan berusaha dihilangkan.

Jika dilihat, maka melakukan puasa bagi seorang Katolik,   lebih ringan. Mengapa?   Bagi orang Katolik,  puasa adalah sebuah kesempatan untuk berefleksi, melihat diri  dengan segala kehadirannya dalam tugas perutusannya di hari kemarin ,lalu  mensejajarkan dengan pesan-pesan moral hidup seorang katolik, sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.  Harapan dari refleksi tersebut adalah sebuah bentuk perubahan diri untuk menjadi lebih baik, dan atau lebih baik dari baik. Dengan kata lain maka,  esensi dari puasa itu adalah sebuah sekolah diri, sebuah belajar tentang diri untuk bagaimana  berubah ke arah hidup yang lebih baik sesuai ajaran Tuhan Yesus.

Merefleksi diri atau bercermin pada diri sendiri adalah sebuah hal yang sungguh sangat sulit dilakukan, karena disana kita berusaha menelanjangkan sikap diri agar dapat melihat lebih jauh dan menemukan seberapa hitam dan putih sikap hidup itu. Dalam suasana yang penuh kesibukkan dan ketergantungan pada hal-hal duniawi kita seakan menemukan betapa sulit  untuk belajar tentang diri sendiri, karena lebih mengandalkan akan kekuatan manusiawi belaka.   

Dalam masa puasa, seorang katolik di ajak untuk menarik diri, mengambil jarak terhadap segala bentuk ketergantungan diri pada hal-hal duniawi, yang membuat hidup ini seakan sudah segalanya, lalu menciptakan kegelapan hidup dalam kacamata rohani. Dalam kegelapan rohani itu manusia seakan merasa bahwa capaian hidup itu adalah karena kekuatan diri, manusia lupa bahwa kekuatan yang memberhasilkan hidupnya itu adalah berkat kehadiran Allah yang menitipkan kekuatan-Nya  pada dirinya. Sambil menarik diri dari segala ketergantungan, konsekuensinya adalah menciptakan lubang kosong hidup yang perlu diisi. 

Dalam masa puasa kita diberi cara dan jalan, berupa refleksi dan doa, agar kita dapat   dengan mudah menjalani retret  agung itu. Melalui refleksi dan doa, kita seakan diajak untuk membenamkan diri dalam kepasrahan agar Allah mau hadir memberi terang Roh Kudus untuk memampuhkan kita melihat, menemukan sisi –sisi gelap hidup yang selama ini tidak kita temukan sendiri. Kepasrahan total akan kehadiran Allah artinya membiarkan hidup ini di atur oleh Allah, seperti kata Santu paulus: “ Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” ( Kol 1 : 13 ). Dalam suasana yang demikian hidup anak manusia yang diposisikan dalam dua kutub,   seakan menjadi sangat dekat walau jauh. Allah itu jauh tapi sungguh dekat, membuat hidup itu begitu kaya, penuh syukur.

Masa puasa  memberi kita sebuah masa belajar, dimana manusia berproses  untuk hidup dalam semangat doa, yang mana dalam semangat doa tersebut , manusia belajar untuk tidak secara meluluh  memusatkan perhatian pada diri sendiri,  melainkan juga belajar menyadari kehadiran Allah dalam keseluruhan dirinya. Karena Allah bukan hanya menciptakan kita, lalu meninggalkan kita  , melainkan menjadi Bapa kita yang penuh kasih menemani dan menjaga kita dengan penuh cinta.  Doa menjadi   media menemukan jalan kembali ke pusat diri kita secara utuh dan selaras, agar kita sanggup hidup dalam kedalaman hidup diri  kita, menerima hidup secara utuh penuh syukur walau apapun, dan membuat  kita lebih jujur terhadap hidup.

Lebih jujur menerima hidup artinya menerima hidup ini sebagai sebuah anugerah besar. Sebagai sebuah anugerah, maka apapun perolehan rejeki hidup dalam keseharian adalah atas kehendak Allah.  Bahwa hari ini belum berhasil dalam masalah, besok atau lusa  Allah akan memberhasilkan untuk mengatasi masalah. Atau bahwa hari ini belum mendapat lagi uang sebagai tambahan menyambung hidup keluarga dan anak-anak, hal itu patut menjadi sebuah syukur. Artinya Allah masih mengijinkan kita mengalami apa yang dialami oleh orang lain yang belum  memiliki uang banyak atau belum beruntung. Ketika kita hanya mampuh untuk membeli sebuah sepeda motor, hal itu patut disyukuri, karena syukur kita masih dijinkan memiliki sebuah sepeda motor.
Teringat pada cerita seorang pengojek sepeda motor, saat mengantar  dari pelabuhan Tenau Kupang menuju Lapangan Udara Eltari Kupang untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Jawa, di atas kendaraan motor ia bercerita, bahwa suatu hari ia hanya mendapat sedikit rejeki   jika  dibanding dengan hari-hari yang lain. Saat hendak pulang ke rumah, dalam benak  ada bayangan perasaan yang kurang baik terhadap istri, lantaran seharian hanya mendapat sedikit  uang , sementara kebutuhan hidup sehari bersama istri dan anak jika dihitung tidak akan menutupi. Setiba di rumah, ketika menyodorkan hasil   mengojek tersebut, sambil menyampaikan kekecewaannya, di luar dugaan apa yang dikatakan istrinya, ya pak syukur masih mendapat rejeki walau hanya sedikit, toh besok lusa pasti di beri lebih oleh Tuhan. Sebuah ungkapan pengalaman hidup bagaimana itu bentuk jujur atas hidup. 

Jujur terhadap hidup juga berarti,  tidak membiarkan hidup kita berada dalam permainan psikologis, kekosongan diri yang bisa hadir dengan berbagai  bentuk kompensasi,   seperti suka merasa kekurangan, suka mengolok – olok orang lain, suka memfitnah orang lain, suka membenarkan diri sendiri, dan memposisikan orang lain selalu pada posisi yang tidak benar. Ketika ada orang lain atau tetangga atau teman sekantor mempunyai kelebihan, maka mulai memunculkan opini- opini negatip, atau berusaha menjadi pencuri dalam masalah hidup orang lain, artinya memanfaatkan masalah hidup orang ,  dengan menjadi hakim tanpa surat tugas, serta semua litani bentuk sikap negatip hidup yang lain yang membuat hidup diri kita tidak berahmat, dan berujung pada menjauhkan  orang lain dari rahmat Tuhan.

Harapan pada ujung masa puasa ini adalah benar-benar ada perubahan diri, sebagai hasil dari sebuah proses belajar, dengan indikator pada pengurangan terhadap sikap-sikap negatip dari hidup kita, entah banyak atau sedikit. Semoga masa puasa benar-benar menjadi momen belajar menerima diri secara utuh, serta momen belajar untuk  memposisikan diri selalu pada pihak yang lemah dan teraniaya, serta lebih bersyukur atas hidup. Amin. Semoga masa puasa menjadikan kita semakin jujur terhadap hidup, agar hidup kita senantiasa  menjadi rahmat bagi orang lain amin.



Sabtu, 30 Januari 2016

Berburu, Masa Kecil, di Desa , Lamatuka, Lembata, Flores NTT, menyinggahi Kupang (Part 2)




Model alat music Sasando, ikon Kota Kupang


Berburu Masa Kecil 2
Dalam edisi awal sekedar saya hanya ingin menggambarkan bahwa, setiap manusia entah status apapun pasti memiliki keinginan untuk menikmati saat –saat jedah dari rangkaian kesibukkan rutinitas pekerjaan. Seperti hal nya banyak orang,  maka itu juga yang saya alami. Rutinitas pelayanan pendampingan belajar anak didik, entah pada jam kedinasan maupun  diluar jam kedinasan, membuat rasa jenuh sering muncul. Belum lagi kerinduan akan Lewotanah (tanah tumpah darah dalam bahasa Lamaholot, sebuah bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat penghuni pulau-pulau kecil , daerah paling timur  ujung pulau Flores) lantaran sudah sekian lama menumpuk bergunung-gunung dalam kurun waktu selama  10 tahun.  
Kejenuhan, rindu kampong halaman,  belum lagi dalam batin selalu muncul rasa bersalah karena sebagai anak, tidak dapat hadir di samping Ibu tercinta saat beliau mengalami sakit maupun saat terakhir meninggal. Bagaimana tidak. Tempat mengais rejeki, menggeluti pekerjaan sebagai seorang pendidik berada di Jawa, khususnya Jawa Timur, tepatnya di Kota Blitar, tentu tidak mudah memungkinkan secara mendadak harus berada di  rumah, NTT,  Flores, Lembata.
Peta Pulau Lembata, NTT
Delapan tahun sejak meninggalnya Ibu tercinta, belum mendapat kesempatan untuk berterimakasih terhadap semua jasa Ibu, walau hanya dengan hadir, duduk bisu di atas nisan Ibu dan Bapak, sambil menikmati sinar cahaya lilin menemani lantunan doa syukur seraya memohon kerahiman Tuhan memberi tempat terindah bagi kedua mereka di surga, lebih menjadi beban yang selalu menghantui.

Bagaimanapun juga, sebagai orang Flores, dan tentu juga siapa saja, mengambil kesempatan untuk datang berdoa,  sambil membakar lilin di atas pusara Orangtua adalah sebuah kewajiban bakti sebagai seorang anak sebagai wujud ungkapan rasa cinta dan terimakasih.

Pusara Ayah dan Ibu di Kampung Tanahtereket
Syukur niat akan hal tersebut  ternyata mendapat berkat Tuhan, dan dijinkan mengisi libur Natal tahun 2015 di kampung halaman Lamatuka, Lembata, Flores,  NTT.
 
Persiapan akan berbagai hal tidak terlalu merepotkan ,lantaran dalam rencana, sendirian harus mengambil cuti,  dengan tujuan utama, nyekar makam kedua orangtua, dan  agar dapat lebih leluasa memburu paling tidak semua jejak-jejak masa kecil itu dikampung halaman.
Persiapan yang paling utama adalah mengkonfirmasi jadwal antara penerbangan pesawat rute Kota Surabaya menuju kota Kupang NTT, dan jadwal kapal laut yang akan menyambung perjalanan melalaui laut dari Kota Kupang menuju kampung halaman Lembata, Flores.

Mengapa? Hal tersebut menjadi sangat penting jika tidak menghendaki jadwal  perjalanan menjadi berubah, mengingat  jadwal perjalanan laut antara kota Kupang menuju Lembata, Flores sering kali menjadi tidak menentu akibat perubahan cuaca laut ekstrim yang bisa datang tiba-tiba. Hal ini agar  menghindari kecelakaan laut yang tidak diinginkan, mengingat  perjalanan laut antara kota Kupang menuju Flores Lembata memakan waktu yang cukup lama yakni sekitar 18 jam jikalau menggunakan jasa kapal penyeberangan KM.Fery.

Lagi-lagi berkat Tuhan datang, usaha mengontak mereka yang dulu menjadi  anak didik  ketika masih mengajar di Flores, dan juga family, tentang konfirmasi jadwal perjalanan kapal, mendapat berita kepastian, tentang  jadwal pelayaran kapal PELNI, KM SIGUNTANG menyinggahi kota Kupang dan melanjutkan pelayaran menuju  Pulau Lembata, tempat kampong halaman. Akhirnya jadwal perjalanan mulai tersusun, dengan fokus utama jadwal penerbangan rute kota Surabaya menuju kota Kupang NTT, mulai disusun, dan juga memperhatikan dengan jadwal pendidikan di sekolah tempat mengabdi sebagai pendidik,  agar kesempatan mengambil libur di kampung halaman tidak memberi kerugian bagi anak didik.
KM. Siguntang siap melayani rute Kupang-Lembata
Pesawat Udara City Linck melayani rute Surabaya - Kota Kupang NTT

Jumat, 22 Januari 2016

Berburu Masa Kecil di Desa Lamatuka, Lembata, Flores, NTT. (Part 1)

Berburu Masa Kecil di Desa Lamatuka Flores Lembata NTT

Masa liburan merupakan momen istimewa yang selalu dinantikan oleh siapapun,terutama bagi mereka yang setiap hari bergelut dengan segala permasalahan serta tantangan dunia profesi serta karier.Bahkan bukan hanya mereka ,nota bene keseharian hidup mereka berdasi, melainkan sudah merupakan momen
Kebutuhan masyarakat umum di zaman modern ini.Keberhasilan perkembangan teknologi informasi, laju yang tidak terbendung,ternyata membonceng juga kecepatan perubahan dalam berbagai  segi hidup masyarakat.Sementara kemampuan dan karakter masyarakat dalam menanggapi kecepatan perubahan beraneka ragam,konsekuensinya dapat saja terjadi situasi fustrasi social. Masyarakat cendrung emosional dan bermain hakim sendiri, pola-pola anomali keharusan hidup bermasyarakat muncul tidak terduga. Kejahatan anak usia sekolah baik sebagai subyek maupun obyek terjadi dimana-mana. Tentu kita tidak heran,karena sudah menjadi buah pembangunan itu sendiri.

Kata kunci, manusia membutuhkan ada saat –saat untuk menemukan kembali kesegaran,energy hidup baru, yang dalam bahasa managemen “  mengasah gergaji “.Hal ini menjadi benar,karena ketika liburan kita dapat melihat tempat-tempat wisata penuh, tumpah ruah,dipadati pengunjung. Entah di kota ,entah di desa.Pergerakkan masyarakat desa menuju kota sekedar menikmati tempat-tempat wisata kota,sebaliknya pergerakkan masyarakat kota dalam  arah sebaliknya lebih memilih menikmati situasi-situasi alam Desa. Masyarakat kota seakan menunjukkan bahwa mereka telah jenuh dengan berbagai hirup pikuk kehidupan kota.

Lokasi Anginwewa daerah diketinggian ± 2000m sebagai pintu masukmenuju wilayah Desa Lamatuka

Latar gunung api Ileape,foto dari Tobiwolotua,jalan menuju Anginwewa
Momen ini  sebetulnya menjadi  sebuah peluang ekonomi yang perlu ditangkap oleh siapa saja,terutama bagi mereka yang memiliki peran dalam pengelolaan sumber daya Desa,dalam hal ini aparat Desa.Berbagai potensi  alam Desa yang begitu sangat kaya ,sebagai pundi-pundi ekonomi ,seakan masih tidur menanti untuk segera disentuh oleh berbagai kebijakan pembangunan,agar perlu segera dimanfaatkan.Ada keindahan alam gunung,pantai beserta lautnya yang masih jernih,belum lagi alam bawah laut yang tentu lebih mempesona.

Gubuk biasanya dibangun di kebun untuk enjaga tanaman ladang dari gangguan hama binatang babi hutan.
Alam pantai selatan Desa Lamatuka, Pantai Ruhodo

Ketika menapak kaki di pedesaan ,kita akan mendapatkan suasana hidup masyarakat yang masih lugu,apa adanya,jauh dari pengaruh budaya kota,dengan berbagai bentuk kamuflase hidup.Kita seakan menikmati kelengkapan dunia wisata yang benar-benar alami. Memang  ada berbagai hal yang masih menjadi kendala, seperti infrastruktur jalan sebagai hal utama urat nadi penghubung yang masih minim,belum lagi,fasilitas komuikasi ,ketersediaan jariingan internet dan telepon seluler.Tetapi bukankah keterbatasan tersebut juga sebuah suguhan wisata yang tidak kita kenal dalam hirup pikuk kesibukkan kota? Seperti potret Desa Lamatuka,desa tempat lahir dan hidup kecilku,sekedar menjadi gambar sebuah wisata Desa.


Bangunan Lumbung, biasanya digunakan menyimpang hasil ladang








 Kebiasaan orang Desa Lamatuka menerima kedatangan tamu dengan menyugukan tuak sejenis alcohol hasil proses fermentasi legen dari pohon kelapa.Potret keterbatasan hidup di Desaku.
Menyadari pentingnya asset ekonomi desa itu,maka saat ini sebagian besar desa mulai berbenah termasuk desaku Lamatuka.Oleh karena itu,jika dibanding dengan saat kecil dulu,maka saat ini dapat dikatakan di desa Lamatuka semua sudah jauh berubah.Kalau dahulu jalan menuju ibukota kecamatan Hadakewa yang hampir 18 km jauhnya hanya ditempuh dengan berjalan kaki,apalagi harus naik turun gunung,maka saat ini jalan sudah berubah menjadi jalan raya,dimana kendaraan roda empat sudah dapat masuk ke Desa Lamatuka.Walau masih jauh dari pembenahan lebih lanjut,akses jalan raya ini sudah mampuh menaikan tingkat dan kecepatan mobilisasi orang desa saya ke kota, karena hanya dapat ditempuh dalan lama waktu sekitar 20 menit dengan kendaraan sepeda motor yang di desa di kenal sebagai  motor ojek.Satu lama waktu yang sangat cepat jika dibanding saat kecil dulu, jarak tersebut ditempuh dalam lama waktu 2 atau 3 jam perjalanan kaki.


Jalan dari Dusun Hidalabi tepatnya disebelah bawah rumah teman Donatus Hidalabi, jalan ini merupakan jalan utama menuju Dusun Besei, Lebelang, Benalar. Ojek dari ponaan Emanuel Terong  siap tempur di atas motor Honda Refo dan Wing,walau sudah ujur tapi tenaganya jangan dianggap remeh.
Honda memang rajanya adventure gunung.
Bersambung…………ng .Jedahhhhhhh Berburu masa kecil di desa lamatuka. (Klik Part 2)


Jumat, 11 Desember 2015

masa adventus,sekolah kepekaan rasa sosial hidup

Adventuus memberi kesempatan untuk mengasa kepekaan rasa rohani untuk menyadari bahwa Allah itu sudah datang dan sudah hadir di tengah interaksi pergaulan hidup sosial kita. Mungkin banyak orang merasa bahwa sudah memiliki nilai hdup rohani karena rajin ke gereja,mengikuti doa lingkungan dan aktivitas keagamaan lain itu sudah cukup.Namun kita tidak merasa kalau itu hanyalah bentuk kenyamanan diri sendiri, lalu semakin memupuk rasa ego diri.Hal ini belum lengkap kalau tidak dibarengi dengan aktivitas tanggung-jawab sosial hidup masyarakat kita.
Pagi ini Tuhan Yesus merespon pertanyaan murid-Nya tentang pernyataan ahli taurat mengapa Elia harus datang dahulu? Kata Yesus memang Elia harus datang untuk memulihkan segala sesuatu.Dan Aku berkata kepadamu Elia sudah datang,tetapi orang tidak mengenal dia,dan memperlakukan menurut kehendak mereka.Pesan inii tetap dan terus aktual untuk memamnggil kesadaran sosial kita bahwa Allah itu sudah datang dan hidup di tengah kita.Kehidupan diluar diri kita adalah tidak lain sebagai hidup Allah sendiri,entah dalam bentuk ciptaan apapun terutama manusia sesama kiita. masa advenntuk memberi kesempatan untuk mengasah rasa pekah sosial hidup kita,rasa empati,rasa belarasa,rasa ssenasib dengan hidup orang lain diluar hidup diri kiita.susah orang lain paling tidak juga dirasa sebagai susah diiri kita.disinlah letak intik panggilan kesaksian hidup iiman kita, bahwa di dalam hidup diri orang lain tidak llain adalah hidup diri Allah sendiri.Didalam hidup ciptaan lain,di sana juga hidup Allah,sehingga dengan sendirinya penyadaran ini mengantar kita untuk tidak semena-mena dalam perlakukan kita.Bahasa penulis,kalau orang mencubit kulit kita terasa sakit,maka hendaknya jangan kita mencubit orang lain. Kebenaran perbuatan kita sebagai ukuran kebenaran diri kita.
Semoga masa adventus menjadikan kita semakin pekah terhadap hidup diri orang lain.amin.SELAMAT PAGI SOBAT,selamat menjalani malam miinggu,semoga sebagai cara mengasah gergaji diri untuk pelayanan dalam satu miinggu ke depan.amiin.