PUASA DAN SEKOLAH DIRI
Gereja menyediakan waktu secara khusus dalam waktu panjang Lingkaran
Tahun Gereja , bagi umat untuk menyempatkan diri, melakukan refleksi atas semua tugas perutusan
yang diemban , melalui peristiwa yang
disebut Masa Puasa. Masa puasa bagi umat Katolik selalu diawali dengan perayaan
Misa khusus ialah Misa Hari Rabu Abu, dimana pada hari tersebut setiap umat datang ke
Gereja untuk mengikuti upacara misa, juga akan menerima “ abu “
yang ditandai pada setiap dahi umat, sebagai simbol penyesalan diri, dan
kefanaan seorang anak manusia. Mengingatkan bahwa ia berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu setelah kamatianya.
Menjalani peristiwa puasa bagi
umat Katolik, maka seorang umat katolik akan menjalani beberapa larangan
sesuai hukum gereja, yakni melakukan
puasa pada hari Jumad Agung dan Hari Rabu Abu, disamping itu, mengurangi makan
dan atau berusaha memutus sementara atau bahkan seterusnya ketergantungan tubuhnya
atas beberapa hal yang selama ini mengikat dirinya. Misal dalam
keseharian seseorang memiliki ketergantungan terhadap kebiasaan mengisap rokok,
maka selama masa puasa orang tersebut disarankan agar berusaha mengurangi kebiasaan merokok, yang wujudnya berupa, jika selama hari – hari biasa
seseorang biasanya menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari , maka selama
masa puasa , dalam sehari, cukup menghabiskan 1 bungkus rokok. Jika pada
hari-hari biasa ada kebiasaan untuk memfitnah orang, maka pada masa puasa
hendaknya sikap itu dikurangi bahkan berusaha dihilangkan.
Jika dilihat, maka melakukan puasa
bagi seorang Katolik, lebih ringan. Mengapa? Bagi orang Katolik, puasa adalah sebuah kesempatan untuk berefleksi,
melihat diri dengan segala kehadirannya dalam
tugas perutusannya di hari kemarin ,lalu mensejajarkan dengan pesan-pesan moral hidup
seorang katolik, sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Harapan dari refleksi tersebut adalah sebuah
bentuk perubahan diri untuk menjadi lebih baik, dan atau lebih baik dari
baik. Dengan kata lain maka, esensi dari
puasa itu adalah sebuah sekolah diri, sebuah belajar tentang diri untuk
bagaimana berubah ke arah hidup yang
lebih baik sesuai ajaran Tuhan Yesus.
Merefleksi diri atau bercermin
pada diri sendiri adalah sebuah hal yang sungguh sangat sulit dilakukan, karena
disana kita berusaha menelanjangkan sikap diri agar dapat melihat lebih jauh dan
menemukan seberapa hitam dan putih sikap hidup itu. Dalam suasana yang penuh
kesibukkan dan ketergantungan pada hal-hal duniawi kita seakan menemukan betapa
sulit untuk belajar tentang diri
sendiri, karena lebih mengandalkan akan kekuatan manusiawi belaka.
Dalam masa puasa, seorang katolik
di ajak untuk menarik diri, mengambil jarak terhadap segala bentuk
ketergantungan diri pada hal-hal duniawi, yang membuat hidup ini seakan sudah
segalanya, lalu menciptakan kegelapan hidup dalam kacamata rohani. Dalam
kegelapan rohani itu manusia seakan merasa bahwa capaian hidup itu adalah
karena kekuatan diri, manusia lupa bahwa kekuatan yang memberhasilkan hidupnya
itu adalah berkat kehadiran Allah yang menitipkan kekuatan-Nya pada dirinya. Sambil menarik diri dari segala
ketergantungan, konsekuensinya adalah menciptakan lubang kosong hidup yang
perlu diisi.
Dalam masa puasa kita diberi cara
dan jalan, berupa refleksi dan doa, agar kita dapat dengan mudah menjalani retret agung itu. Melalui refleksi dan doa, kita seakan diajak untuk membenamkan diri dalam
kepasrahan agar Allah mau hadir memberi terang Roh Kudus untuk memampuhkan kita
melihat, menemukan sisi –sisi gelap hidup yang selama ini tidak kita temukan
sendiri. Kepasrahan total akan kehadiran Allah artinya membiarkan hidup ini di
atur oleh Allah, seperti kata Santu paulus: “ Ia telah melepaskan kita dari
kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (
Kol 1 : 13 ). Dalam suasana yang demikian hidup anak manusia yang diposisikan
dalam dua kutub, seakan menjadi sangat dekat walau jauh. Allah
itu jauh tapi sungguh dekat, membuat hidup itu begitu kaya, penuh syukur.
Masa puasa memberi kita sebuah masa belajar, dimana
manusia berproses untuk hidup dalam
semangat doa, yang mana dalam semangat doa tersebut , manusia belajar untuk
tidak secara meluluh memusatkan perhatian
pada diri sendiri, melainkan juga
belajar menyadari kehadiran Allah dalam keseluruhan dirinya. Karena Allah bukan
hanya menciptakan kita, lalu meninggalkan kita , melainkan menjadi Bapa kita yang penuh kasih
menemani dan menjaga kita dengan penuh cinta. Doa menjadi
media menemukan jalan kembali ke
pusat diri kita secara utuh dan selaras, agar kita sanggup hidup dalam
kedalaman hidup diri kita, menerima
hidup secara utuh penuh syukur walau apapun, dan membuat kita lebih jujur terhadap hidup.
Lebih jujur menerima hidup artinya
menerima hidup ini sebagai sebuah anugerah besar. Sebagai sebuah anugerah, maka
apapun perolehan rejeki hidup dalam keseharian adalah atas kehendak Allah. Bahwa hari ini belum berhasil dalam masalah,
besok atau lusa Allah akan
memberhasilkan untuk mengatasi masalah. Atau bahwa hari ini belum mendapat lagi
uang sebagai tambahan menyambung hidup keluarga dan anak-anak, hal itu patut
menjadi sebuah syukur. Artinya Allah masih mengijinkan kita mengalami apa yang
dialami oleh orang lain yang belum memiliki uang banyak atau belum beruntung. Ketika kita hanya mampuh
untuk membeli sebuah sepeda motor, hal itu patut disyukuri, karena syukur kita
masih dijinkan memiliki sebuah sepeda motor.
Teringat pada cerita seorang
pengojek sepeda motor, saat mengantar
dari pelabuhan Tenau Kupang menuju Lapangan Udara Eltari Kupang untuk
melanjutkan perjalanan pulang ke Jawa, di atas kendaraan motor ia bercerita, bahwa
suatu hari ia hanya mendapat sedikit rejeki jika dibanding dengan hari-hari yang lain. Saat hendak
pulang ke rumah, dalam benak ada bayangan
perasaan yang kurang baik terhadap istri, lantaran seharian hanya mendapat sedikit uang , sementara kebutuhan hidup sehari
bersama istri dan anak jika dihitung tidak akan menutupi. Setiba di rumah,
ketika menyodorkan hasil mengojek tersebut, sambil menyampaikan
kekecewaannya, di luar dugaan apa yang dikatakan istrinya, ya pak syukur masih
mendapat rejeki walau hanya sedikit, toh besok lusa pasti di beri lebih oleh
Tuhan. Sebuah ungkapan pengalaman hidup bagaimana itu bentuk jujur atas hidup.
Jujur terhadap hidup juga berarti, tidak membiarkan hidup kita berada
dalam permainan psikologis, kekosongan diri yang bisa hadir dengan
berbagai bentuk kompensasi, seperti suka merasa kekurangan, suka mengolok
– olok orang lain, suka memfitnah orang lain, suka membenarkan diri sendiri,
dan memposisikan orang lain selalu pada posisi yang tidak benar. Ketika ada
orang lain atau tetangga atau teman sekantor mempunyai kelebihan, maka mulai
memunculkan opini- opini negatip, atau berusaha menjadi pencuri dalam masalah
hidup orang lain, artinya memanfaatkan masalah hidup orang , dengan menjadi hakim tanpa surat tugas, serta
semua litani bentuk sikap negatip hidup yang lain yang membuat hidup diri kita tidak berahmat, dan berujung pada menjauhkan orang lain dari rahmat Tuhan.
Harapan pada ujung masa puasa ini adalah benar-benar ada perubahan diri, sebagai hasil dari sebuah proses belajar, dengan indikator pada pengurangan terhadap sikap-sikap negatip dari hidup kita, entah banyak atau sedikit. Semoga masa puasa benar-benar menjadi momen belajar menerima diri secara utuh, serta momen belajar untuk memposisikan diri selalu pada pihak yang lemah dan teraniaya, serta lebih bersyukur atas hidup. Amin. Semoga masa puasa menjadikan kita semakin jujur terhadap hidup, agar hidup kita senantiasa menjadi rahmat bagi orang lain amin.
Harapan pada ujung masa puasa ini adalah benar-benar ada perubahan diri, sebagai hasil dari sebuah proses belajar, dengan indikator pada pengurangan terhadap sikap-sikap negatip dari hidup kita, entah banyak atau sedikit. Semoga masa puasa benar-benar menjadi momen belajar menerima diri secara utuh, serta momen belajar untuk memposisikan diri selalu pada pihak yang lemah dan teraniaya, serta lebih bersyukur atas hidup. Amin. Semoga masa puasa menjadikan kita semakin jujur terhadap hidup, agar hidup kita senantiasa menjadi rahmat bagi orang lain amin.