Model alat music Sasando, ikon Kota Kupang |
Berburu Masa Kecil 2
Dalam edisi awal
sekedar saya hanya ingin menggambarkan bahwa, setiap manusia entah status apapun pasti memiliki
keinginan untuk menikmati saat –saat jedah dari rangkaian kesibukkan rutinitas
pekerjaan. Seperti hal nya banyak orang, maka itu juga yang saya alami. Rutinitas
pelayanan pendampingan belajar anak didik, entah pada jam kedinasan maupun diluar jam kedinasan, membuat rasa jenuh sering muncul. Belum lagi
kerinduan akan Lewotanah (tanah
tumpah darah dalam bahasa Lamaholot, sebuah bahasa yang biasa digunakan oleh
masyarakat penghuni pulau-pulau kecil , daerah paling timur ujung pulau Flores) lantaran sudah
sekian lama menumpuk bergunung-gunung dalam kurun waktu selama 10 tahun.
Kejenuhan, rindu kampong halaman, belum lagi dalam batin selalu muncul rasa bersalah karena sebagai anak, tidak dapat hadir di samping Ibu tercinta saat beliau mengalami sakit maupun saat terakhir meninggal. Bagaimana tidak. Tempat mengais rejeki, menggeluti pekerjaan sebagai seorang pendidik berada di Jawa, khususnya Jawa Timur, tepatnya di Kota Blitar, tentu tidak mudah memungkinkan secara mendadak harus berada di rumah, NTT, Flores, Lembata.
Kejenuhan, rindu kampong halaman, belum lagi dalam batin selalu muncul rasa bersalah karena sebagai anak, tidak dapat hadir di samping Ibu tercinta saat beliau mengalami sakit maupun saat terakhir meninggal. Bagaimana tidak. Tempat mengais rejeki, menggeluti pekerjaan sebagai seorang pendidik berada di Jawa, khususnya Jawa Timur, tepatnya di Kota Blitar, tentu tidak mudah memungkinkan secara mendadak harus berada di rumah, NTT, Flores, Lembata.
Peta Pulau Lembata, NTT |
Bagaimanapun juga, sebagai orang Flores, dan tentu juga siapa saja, mengambil kesempatan
untuk datang berdoa, sambil membakar lilin
di atas pusara Orangtua adalah sebuah kewajiban bakti sebagai seorang anak sebagai wujud ungkapan rasa cinta dan
terimakasih.
Pusara Ayah dan Ibu di Kampung Tanahtereket |
Syukur niat akan
hal tersebut ternyata mendapat berkat
Tuhan, dan dijinkan mengisi libur Natal tahun 2015 di kampung halaman
Lamatuka, Lembata, Flores, NTT.
Persiapan akan
berbagai hal tidak terlalu merepotkan ,lantaran dalam rencana, sendirian harus
mengambil cuti, dengan tujuan utama, nyekar
makam kedua orangtua, dan agar dapat lebih leluasa memburu paling tidak semua jejak-jejak masa
kecil itu dikampung halaman.
Persiapan yang
paling utama adalah mengkonfirmasi jadwal antara penerbangan pesawat rute
Kota Surabaya menuju kota Kupang NTT, dan jadwal kapal laut yang akan menyambung perjalanan melalaui laut dari Kota
Kupang menuju kampung halaman Lembata, Flores.
Mengapa? Hal
tersebut menjadi sangat penting jika tidak menghendaki jadwal perjalanan menjadi berubah, mengingat jadwal perjalanan laut
antara kota Kupang menuju Lembata, Flores sering kali menjadi tidak menentu akibat
perubahan cuaca laut ekstrim yang bisa datang tiba-tiba. Hal ini agar menghindari
kecelakaan laut yang tidak diinginkan, mengingat perjalanan laut antara kota Kupang menuju
Flores Lembata memakan waktu yang cukup lama yakni sekitar 18 jam jikalau
menggunakan jasa kapal penyeberangan KM.Fery.
Lagi-lagi berkat
Tuhan datang, usaha mengontak mereka yang dulu menjadi
anak didik ketika masih mengajar di
Flores, dan juga family, tentang konfirmasi jadwal
perjalanan kapal, mendapat berita kepastian, tentang jadwal pelayaran
kapal PELNI, KM SIGUNTANG menyinggahi kota Kupang dan melanjutkan pelayaran
menuju Pulau Lembata, tempat kampong
halaman. Akhirnya jadwal perjalanan mulai
tersusun, dengan fokus utama jadwal penerbangan rute kota Surabaya menuju kota
Kupang NTT, mulai disusun, dan juga memperhatikan dengan jadwal pendidikan di
sekolah tempat mengabdi sebagai
pendidik, agar kesempatan mengambil libur di kampung halaman tidak memberi
kerugian bagi anak didik.
KM. Siguntang siap melayani rute Kupang-Lembata |
Pesawat Udara City Linck melayani rute Surabaya - Kota Kupang NTT |