Belajar BerMisi
Hari ini
Gereja secara khusus memperingati Santo
Fransiskus Xaverius. Sosok seorang guru tentang Misi Gereja setelah santu
Paulus .
Lahir Sebagai
seorang putra bangsawan,pada usia 19 tahun mulai memasuki Universitas di Paris mendalami
tentang seni.Saat melanjutkan pada studi teologi Ia berteman dengan Ignatius
Loyola, yang kemudian bersama-sama mendirikan Serikat Yesus pada Tahun 1534
yang sampai sekarang kita mengenal Ordo Serikat Yesus ( SJ ).
Membaca
tentang riwayat masa hidupnya di sana kita menemukan bahwa hampir sebagian besar hidupnya didedikasikan bagi
karya pelayanan misi di daerah –daerah terpencil.
Berawal dari Memenuhi harapan
raja Yohanes ke II dari Portugis,yang menginginkan agar para misionaris yesuit
berkarya di Hindia Portugis,maka pada tanggal 7 April 1541 bersama dengan para
Yesuit lainnya serta seorang raja muda Portugis, mereka belayar menuju daerah
Hindia Portugis dengan menyinggahi
pertama kali daerah Mozambiq,kemudian Goa,India,Malaka dan juga sempat
menyinggahi Amboina pada tanggal 1 Januari 1546,kemudian Maluku , Ternate dan Moro
serta daerah sekitarnya.Persinggahannya di Amboina menjadi catatan lain tentang awal
sejarah gerja Katolik Indonesia.Belum puas dengan perjalanan misi tersebut
,dilanjutkan dengan perjalanan ke jepang,serta daerah Tiongkok selatan yang
kemudian berakhir karena ia meninggal di sana pada tahun 1552.
Cerita heroic perjalanan misi
yang luar biasa tersebut,menjadikan ia dalam kalangan gereja mengenalnya sebagai Santo yang paling banyak menkristenkan
orang.
Pertanyaan mengapa harus mengulas
hal tersebut?
Bagi penulis,Santo Fransiskus xaveriusmenjadi
sosok yang sangat penting membelajarkan kita tentang hidup misi gereja. Bahwa
kita dapat belajar dari beliau tentang ketaladanan hidup bermisi bagi gereja
terutama hidup menggereja di zaman ini.
Pertama. Bahwa dalam kenyamanan
fasilitas hidupsebagai anak bangsawan,Santo fransiskus tidak terus tergiur
dengan kenyamanan fasilitas kenikmatan duniawi.Ia justru mengambil jalan
radikal untuk besusah payah berjuang untuk mengenalkan Yesus Kristus bagi orang
lain yang belum mengenal.Semangat yang penuh heroic tersebut tentu timbul
karena merasakan bagaimana bahagianya mengenal,dan hidup dekat dengan Allah
melalui hidup dan dekat dengan Putra-Nya Yesus Kristus, yang telah dipraktekkan
dalam cara hidup membiara Ordo Serikat yesus.
Kedua .Kenyaman hidup duniawi manusia belumlah lengkap menjadikan diri dan hidup
manusia itu bahagia.Justru terdapat sebuah ketidakseimbangan baru dalam hidup
diri manusia karena terkungkung dalam focus pemikiran egoisme diri bagaimana
memiliki kelengkapan hidup secara duniawi, yang justru semakin merendahkan makna
hidup manusia itu sendiri, seperti dikatakan Yesus “manusia tidak hanya hidup dari roti saja.” Terkandung
makna bahwa kelengkapan hidup serta
kebahagiaan manusia itu dapat terjadi apabila,manusia itu dapat keluar dari
dirinya dan mau membiarkan dirinya hidup bersama Allah melalui kesediaan hidup
dirinya berarti bagi dan bersama dengan orang ain.
Ketiga.kesediaan diri untuk
keluar dari zona nyaman diri membiarkan hidup dirinya berarti dan bermakna bagi
dan bersama rang lain sesungguhnya
adalah kesediaan diri menjadi pembelajaranhidup bagi hidup orang lain tentang bagaimana hidup
menurut cara hidup Yesus Kristus.
Tidak lain adalah menjadikan diri
sebagai kesaksian hidup pribadi yesus Kristus,karena hidup dan kehidupan
dirinya bersama pribadi Yesus Kristus telah mengalami i kepenuhan yang siap
ditumpahkan bagi hidup orang lain.
Kesaksian hidup diri menjadi
model baru karya hidup misi terutama hidup kita kaum awam terbatis, dan
menjadikan kita sebuah hokum wajib karena telah menerima rahmat
pembaptisan,yang menjadikan kita hidup kita pantas menjadi media hidup Allah.
Di tengah pergaulan hidup masyarakat
plural,dan modern sekarang ,tantangan kita adalah bukan pada apakah kita mampuh mengubah cara hidup agama setiap
orang,tetapi melainkan pada apakah kita mampu melalui cara hidup itu membiarkan
hidup orang lain mengalami bahkan dapat
membangkitkan sejumlah pertanyaan mendasar :
Mengapa mereka demikian ?
Mengapa
hidupsecara demikian,
Apa atau
siapa yang mengihlami hidup mereka?
Mengapa
mereka berada di tengah-tengah kita?
( Pewartaan
Injil Kepada Bangsa-bangsa: dari Marcel
Beding, 1981)