Aku teringat cerita dongeng spiritual dari Guruku sewaktu SD di desa di pelosok pulau Lembata, ketika pembelajaran agama"bahwa dalam kita hidup dan beraktivitas seharian kita,kita tidak sendiri tetapi selalu ada yang mendampingi kita yang sesungguhnya kita tidak melihat kehadiranNya.Tentu tugasnya adalah menuntun dan mengarahkan kita agar setiap aktivitas kita, apa yang kita lakukan selalu aktivitas penuh kebaikan yang mendatangkan rahmat.Ketika itu yang kita lakukan maka Yang mendampingi kita pasti tersenyum karena pendampinganNya berhasil.Tetapi ketika yang kita lakukan adalah aktivitas yang tidak mendatangkan kebaikan,maka Ia yang mendampingi kita pasti menangis sesunguhan.Karena pendampinganNya tidak membawa hasil.Pendamping yang tidak kelihatan itu adalah Ia Sang sumber hidup yang meniup Roh hidup untuk kita.Tangisan Ia bukan karena ketidakberhasilan dalam mendampingi melainkan karena kekerasan hati kita yang tidak mau mendengar bisikanNya,
Kesombongan kita yang tidak menuruti kata hati nurani terdalam ,tempat Ia menitipkan DiriNya dalam diri kita. Pesan yang sama ketika suatu soreh hari sabtu sedang berjalan-jalan di tengah hamparan sawah, singgah pada sebuah gubuk tempat pak tani sawah sedang istirahat mengambil dan mengisi tenaga baru melanjutkan sisa harinya hendak pulang ke rumah.Dalam dialog dalam bahasa jawa halus(Jowo) walau tidak met komunikasi karena saya menggunakan bahasa Indonesia, sebuah pesan yang sungguh membuat saya terkejut karena baru mendengarnya yakni "Gusti engkang mboten sareh" yang dalam versi terjemahan salah kena saya yakni "Tuhan tidak pernah tidur"
Sobat! semoga hidup kita senantiasa membuat Sang sumber hidup tetap tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar